Di dalam sebuah hadits yang pernah aku baca, diterangkan bahwa ketika Allah hendak mencabut nyawa seorang hamba, Malaikat Maut mendatanginya dari arah mulut untuk mencabut nyawanya, ternyata keluarlah dzikir dari mulut tersebut dan berkata: “ Tidak ada jalan bagi anda dari arah mulut ini, selama dari lisannya mengalir lafal dzikir kepada Tuhan-Ku. Maka Malaikat Maut kembali kepada menghadap kepada Allah, seraya berkata: “Wahai Tuhan, hamba-Mu berkata begini… dan begini…” Laalu Allah swt. berfirman: ” Cabutlah ( nyawanya ) dari arah yang lain.”
Lalu malaikat Maut datang dari arah tangan, ternyata tangannya mengeluarkan sedekah dan berkata: “ Tidak ada jalan bagi anda dari tangannya, sesungguhnya dia banyak bersedekah dengan aku ( tangan ), denganku dia mengusap kepala, menulis ilmu dengan pena dan denganku pula ia memukul leher orang – orang kafir.”
Malaikat Maut lalu mendatanginya dari arah kaki, namun kaki juga berkata: “ Tidak ada jalan bagi anda dari arahku, karena denganku dia berjalan untuk sholat berjama’ah, sholat hari raya, mendatangi majelis ilmu dan ta’lim. “
Lalu Malaikat Maut datang dari arah telinga, dan telinga juga berkata: “ Tidak ada jalan bagi anda dari arah ku, karena denganku dia mendengarkan Al - Qur’an, Adzan, Dzikir.”
Selanjutnya, Malaikat Maut datang melalui arah kedua mata, namun keduanya berkata: “ Tidak ada jalan bagi anda dari arah kami, sesungguhnya denganku dia melihat Mushaf (Al-Qur’an), wajah para ulama, kedua orang tuanya dan orang - orang shaleh.”
Malaikat Maut kemudian pergi menghadap Allah dan berkata: “ Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu berkata begini… dan begini…” Lalu Allah swt. Berfirman: “Hai Malaikat Maut tempelkan nama-Ku pada telapak tangan Anda dan perlihatkanlah pada ruh hamba-Ku, jika dia melihatnya niscaya ia akan keluar. Maka dituliskanlah asma Allah pada telapak tangannya dan diperlihatkan pada hamba Allah itu. Begitu melihatnya, dia memperkenankannya, lalu keluarlah ruh hamba itu dengan berkah asma Allah. Maka hilanglah pahitnya sakaratul maut darinya.